Kisah Liarku Dinas Ke Luar Kota Bagian 1 Sisil - BACA CERITA SEX, CERITA PANAS CERITA BOKEP

KUMPULAN WEBSITE CERITA SEX TERUPDATE 2016

Jumat, 02 November 2018

Kisah Liarku Dinas Ke Luar Kota Bagian 1 Sisil


Hawa panas kembali menerpa wajahku saat aku membuka pintu taxi. Rasa yang sama ketika turun dari pesawat tadi. Surabaya memang panas, tapi tidak seperti biasanya seperti ini. Langsung ke lobby sambil berlari kecil aku ingin menikmati AC hotel, tempatku menginap melewatkan malam panjang nanti sendirian, sebelum bertolak ke Malang esok hari.

Di front desk lobby terlihat dua gadis muda cantik front office yang menyambut kedatanganku, yang kutimpali dengan senyum sambil menyebutkan nama dan kode reservasi yang sudah dipesan. Saat memasukan dompet kembali setelah mengeluarkan kartu-kartu yang diminta, dari arah belakang kanan terdengar ada yang menyapa menyebut namaku.

“Ya?”jawabku bertanya.
“Masih ingat? Aku Shanty,” sambungnya.

Kuperhatikan pegawai senior hotel yang berbaju batik ketat, berbeda dengan dua gadis muda di meja reservasi tadi, sosok di depanku ini lebih pantas disebut wanita. Rambut sebahu, bibir senyum dan kulit lengan dan wajah sedikit coklat ini tak pernah terlintas dalam benakku selama ini. Matanya berbinar terasa nuansa riang ada di dalamnya.

Sambil mengangkat alis, dia bertanya, “Lupa? Pernah main di Universitas Petra kan? Aku dulu pernah tinggal di Siwalan Kerto. Hihihi. Sudah lupa?”

Kisah Liarku Dinas Ke Luar Kota Bagian 1 Sisil

Dari gigi gingsulnya, aku langsung teringat dengan mahasiswi yang pernah diperkenalkan teman sewaktu singgah di kota ini dulu.
“Oh iya, Maafkan aku. Sudah lama kita tak ketemu, engkau semakin cantik begini, mana mungkin aku ingat. Apa kabar?”
“Baik, Mas bagaimana kabarnya?”
“Sama, baik-baik saja, sekarang sedang tugas kemari. Ah, Enggak nyangka ketemu di sini. Engkau kerja di sini rupanya?” tanyaku.
“Yup. Accounting dan Pembukuan di sini. Sudah dapat kunci kamarnya ? Mari kutemani ke sana.”
“Mas Yoga, tolong tasnya dibantu,” pintanya kepada anak muda di sampingku.

Sambil berbincang ringan kami menyusuri lorong hotel ke arah pintu lift yang sudah terrbuka. Lalu keluar lift yang terasa sejuk dengan hadirnya wanita di sampingku.
“Setelah ini kita makan siang sama-sama yuk?” ajakku memasuki kamar.
“Ow, aku sudah musti balik ruangku, sudah menumpuk tugas bulan ini,” tolaknya.
“Bagaimana kalo makan malam?”
“Okay, kutunggu telponmu ya,” jawabnya dan menyebutkan sederet nomor.
“Selamat makan siang dan istirahat,” salamnya sambil keluar.
“Ya ya, sampai nanti,” jawabku sambil menyodorkan lembaran uang ke pemuda yang membantuku membawa tas.

Kisah Liarku Dinas Ke Luar Kota Bagian 1 Sisil

Sambil mengganti baju kutekan tombol ponsel menyimpan nomor telphone Shanty. Nomor cantik, mudah diingat siapapun.

Memasuki ruang makan di lantai bawah hotel, mulai terdengar musik slow rock yang semakin jelas melantunkan tembang lama Scorpion.

Sambil menarik kursi di meja kosong kuperhatikan dua gadis cantik dengan seragam maskapai penerbangan yang membawaku ke kota ini tadi. Nampak benar mereka memang gadis yang tadi bersama satu pesawat tadi. Aku tidak mungkin lupa dengan yang seorang gadis tinggi dengan rambut sangat pendek memperlihatkan lehernya yang putih mulus itu.

“Maaf, mbak tadi yang satu pesawat dengan saya tadi ya? Kalo enggak salah yang duduk di lorong belakang?”
Kumulai percakapan setelah melakukan pemesanan makanan buah dan minuman ringan.
“Eh, iya pak, saya juga masih ingat bapak, duduk di area belakang tadi.”
“Jangan panggil bapak, saya nanti merasa enggak nyaman, merasa terlalu tua,” kulanjutkan sambil berdiri.

Kudekati mereka dan kusalami bergantian sambil menyebutkan namaku.
“Mbak Lia dan Mbak Sisil sedang off hari ini?”
“Ah. Lia, mas. Jangan pakai Mbak, saya bukan orang Jawa, dan saya merasa enggak nyaman, merasa terlalu tua… Dan dia Sisil,” sambil menunjuk gadis jelita yang tinggi itu.
“Kami memang sedang cuti sebenarnya, tapi kebetulan kantor juga menawari flight ke sini sekalian bonus jika mau menjadi petugas untuk flight yang tadi. Mas tau sendiri kan full occupied beberapa hari ini.”

Kisah Liarku Dinas Ke Luar Kota Bagian 1 Sisil

Perbincangan ringan terasa menyenangkan ditemani dua gadis cantik ini ditemani live music romantis.

Tak terasa beberapa lagu sudah lewat, ketika Sisil tiba-tiba memotong obrolan Lia yang bercerita sedang menunggu teman sekolahnya di hotel ini.
“Mas, aku pamit dulu ya, tanganku terasa penat mungkin sekarang memar terantuk kursi saat membantu menurunkan tas penumpang tadi.”
“Ah, itu Dini juga sudah datang,” ujar Lia.

Sambil berdiri menyalaminya dan menyebutkan namaku, kulihat gadis yang baru datang di depanku ini juga tak kalah cantik. Ia memiliki warna mata yang mendekati coklat muda dan kulit kuning, serta rambutnya hitam.

“Maaf deh Lia, Surabaya sekarang macetnya mo niru Jakarta, sorry agak telat yo,” ujarnya setelah menyebutkan namanya padaku.
“Kita jadi ke rumahku kan?”
“Aku gak ikut Din, mo berendam dulu, agak penat badan ini,” Sisil kembali pamit mohon diri.

Kisah Liarku Dinas Ke Luar Kota Bagian 1 Sisil

Bertiga lagi kami sekarang ngobrol tentang kondisi kota dan rumah Dini, sambil melewatkan beberapa lagu.

“Baiklah mas, kami pamit duluan ya, saya ingin segera ke rumah Dini, ingin main-main dengan putrinya yang masih lucu.”
“Lia enggak ganti baju dulu, apa boleh pake seragam maen-maen ke luar?”
“Ah, kan ke rumahmu, kan gak ke mana-mana.”
“Yuk mas, saya duluan ya, selamat menikmati Surabaya, semoga mendapatkan moment yang asyik di sini.”
“Yeah, you too. And nice and glad to meet you two here. Sampai ketemu lagi ya,” salam akhirku pada mereka.

Dari dalam lift ketika hendak kembali ke kamar, sambil membawa koran lokal hari ini, saat lift berhenti dan pintunya terbuka di lantai 2, muncul Sisil di seberang pintu hendak masuk lift.
“Ah, ketemu lagi. Kukira sudah berendam.”
“Belum mas, sekarang baru mau ke kamar. Ada form yang musti kutulis di kantor akuntan hotel.”

Ah, lantai dua lokasi ruang si Shanty. Mungkin sebaiknya kapan-kapan kusempatkan ke sana nanti.

Kisah Liarku Dinas Ke Luar Kota Bagian 1 Sisil

Sisil ini ternyata tinggi juga, memakai sandal hotel tipis tapi dia tingginya hampir sama dengan dahiku. Karena aku sekitar 175cm lebih, mungkin dia 170cm. Rambutnya pendek, leher kuningnya indah dipandang. Kutatap pintu lift yang memantulkan profilnya, terbentuk juga panggul dan pinggul yang indah bersama dada yang membusung indah tertutup seragamnya.

“Kalau mengurut tangan kananmu Sil, sebaiknya searah dengan jalan darahnya. Kalo nadi tuk ke jantung, mijit ke arah jantung, kalo dari jantung, mijitnya juga menjauhi jantung,” kumulai percakapan dengan obrolan tentang tangannya.
“Iya mas, tadi juga nanya mbak akuntansi barangkali ada yang bisa memijit di sini, tapi aku diminta menunggu sore saja, ada kawannya yang bisa mijit, tapi bersedia kalau di luar jam kantor.”
“Ah, memijit lengan memang tidak mudah, ada nadi utama yang bisa langsung ke jantung arahnya. Musti hati-hati dan tidak semua tahu itu.”
“Mas bisa?”
“Saya pernah diajarkan untuk mengurut arah nadi di tubuh saat mempelajari kempo dan judo. Ada arah-arah yang bagus dan ada arah-arah yang berlawanan. Musti hati-hati. Itu kan untuk repair tubuh kita setelah latihan, kita saling memijit kadang-kadang.”
“Kalau mas tidak keberatan terganggu istirahatnya, bisa dong saya dibantu.”

Wow… itu situasi yang tak pernah terpikirkan dari tadi. Menyentuh lengan jenjang wanita ini? Sedari tadi tak pernah terpikirkan kecuali bersalaman tadi.

“Baik, saya bantu memperlancar darah saja. Dimana kita melakukannya?” tanyaku saat pintu lift terbuka di lantai kamarku.
“Kamarku di lantai atas lagi mas.”
“Okay kita ke sana,” sambil melepaskan tanganku yang menahan pintu lift.

Kisah Liarku Dinas Ke Luar Kota Bagian 1 Sisil

Sambil membuka pintu kamar mandi di kamarnya saat masuk, Sisil mempersilahkanku masuk untuk menunggu di dipan atau kursi yang ada di dalam. Dengan cepat kuberpikir akal apa yang bisa diterapkan di sini nanti saat berduaan dengannya. Aku ingin bercinta dengannya. Dengan mengenakan pakaian mandi hotel, Sisil keluar sambil tersenyum. Ah! cantik benar…

Sembari bercerita sekilas tentang tangan dan sesekali kusebutkan kecantikan yang terlintas di mataku, agaknya dia mulai percaya saat mulai kusentuh jari kanannya dan sikunya dengan kedua tanganku. Kurubah posisi dudukku mendekat dan duduk di sebelah kanannya di kasur hotel yang empuk itu, kutekan lembut lengan dalam bagian atas sikunya dan mengurutnya ke atas, “Memang terlihat sedikit merah, sakitnya di dalam, atau di luar? Di otot, atau kulitnya?”
“Di dalam sih mas, yang luar sudah mendingan.”

Tangan kananku memegang jemarinya seolah bersalaman dan tanganku yang kiri menekan lembut ke atas terus menerus… mencari tonjolan panjang yang sebenarnya nadi besar di lengannya. Kuluruskan tangannya dan tangan kananku mulai bergerak ke arah siku, membantu mencari nadi-nadi besar di tangannya. Dan kemudian ku urut lembut perlahan ke arah jantung dan juga berlawanan secara teratur sesuai arah nadinya.

“Enak mas, jadi rileks rasanya.”

Kisah Liarku Dinas Ke Luar Kota Bagian 1 Sisil

Matanya terpejam menyembunyikan pupil hitamnya yang indah, memberiku kesempatan memperhatikan kelopak mata, bulu mata, hidung, bibir dan bulu halus di sekitarnya. Sudah hilang warna perona bibirnya. Sehingga kulihat warna asli bibirnya yang merah muda segar dan dagunya yang indah.

“Untuk mengimbangi alirannya, tangan kirinya juga lho Sil, tapi nanti… nikmati dahulu, kalo memang tidak suka engkau bisa menghentikannya sekarang.”
“Ehm… Ah, ni enak kok mas.”

Aliran darah yang mulai mengalir deras di otakku sedikit mengganggu konsentrasi, tapi untung dengan mengatur nafas bisa menahan gejolak dan deguban jantung yang timbul. Sambil sesekali memijit sampai ke bahu kanan hingga leher, kutekan lembut kulitnya yang indah itu, “Sebelah kirinya sekarang ya.”

Sambil menyodorkan tangan dan bahu kirinya ia sekarang berhadapan denganku, yang kini bisa mendengar tarikan nafasnya yang dalam. Terlihat sedikit belahan bukit di balik bajunya menyembul menyapaku.

Berganti tangan kirinya kusalami dengan tangan kiriku, semantara tangan kananku mulai mengangkat lengannya menyibakkan lengan bajunya sambil memijit mengurut perlahan. Nafas teratur yang menghembus menerpa wajahku harus segera kurubah ke irama yang kuinginkan. Dengan bersamaan kusentil kedua sikunya yang dapat mengakibatkan rasa seperti tersetrum itu secara berirama bergantian dengan pijatan lembut di lengannya, bahunya, ketiaknya hingga sedikit di bawah bahu bagian depan.

Kisah Liarku Dinas Ke Luar Kota Bagian 1 Sisil

Setelah beberapa menit.
“Hm.. hmm..” dengungnya.

Kelopak matanya terbuka memperlihatkan matanya yang sekarang sayu itu tersenyum, kemudian wajahnya mendongak sedikit ke atas.
“Erhm…” desahnya.

Sisil tiba-tiba mengangkat kedua tangannya sehingga tanganku terlepas. Ia merangkul kepalaku sambil berbisik mendesah di telinga kiriku, “Make love yuuk… hmmm.”

Sambil mengecup bawah telinga kirinya kubisikan lembut, “Sisil nikmati saja ya. Kalo gak suka kasih tau ya…”

Kuajak ia berdiri bersama, tanganku mulai melepaskan sabuk pakaian mandinya dan menyingkapnya, memperlihatkan tubuh yang masih terbalut pakaian dalam tanktop tipis halus itu. Kupeluk dan kuteruskan dengan meremas kedua pantatnya sambil mengulum bibirnya dan mempermainkan giginya dengan lidahku, kemudian langit-langit mulutnya kutekan ke atas degan lidahku.

Sambil bergerak cepat, kuloloskan celana dan kemejaku hingga tinggal celana dalamku yang sengaja kubiarkan untuk menyimpan senjata pusakaku.

Kisah Liarku Dinas Ke Luar Kota Bagian 1 Sisil

Masih dalam posisi berdiri kuangkat tangannya dan kuputar badannya membelakangiku. Kugenggam tangannya membantu melepaskan pakaian mandinya. Kepalanya yang terkulai ke kanan kusambut dengan sedotan ringan di bawah telinganya hingga lehernya, sembari meremas lembut dadanya yang terlihat kencang dari atas maupun dari cermin di depanku.

“Err… mas… sss…” desisnya.

Beberapa saat kemudian kuturunkan tangan kiriku membiarkan tangan kananku meremas kedua dadanya bergantian. Tangan kiriku menuju pusar dan mengusap lembut sambil menyelipkannya ke dalam baju dalamnya. Dengan cepat kutarik ke bawah baju daster halus yang menutupi kulit halusnya yang putih, disusul dengan usapan lembut di depan pusar, kemudian sesekali kuselipkan ke dalam celana dalamnya, merasakan bulu halusnya tersentuh kulit jemariku. Dengan lembut kutekan perlahan.

“Mmm.. mas… oooh…” nafas Sisil mulai memburu menikmati usapan-usapanku.

Dengan sedikit perlahan ke bawah, jemari kiriku telah mulai menyentuh ujung bawah badannya, yang diiringi dengan condongan panggulnya ke depan dan sedikit melebarkan pangkal pahanya, memberikan kesempatan tanganku semakin bermain di area yang diinginkannya. Tangannya diangkat ke atas merangkul ke balakang memeluk kepalaku sambil berdesis, “sss please… sss do it soon…”

Kisah Liarku Dinas Ke Luar Kota Bagian 1 Sisil

Kedua tanganku yang memeluknya dari belakang, sekarang ke bawah semua masuk ke dalam selipan celana dalam dan memijit pangkal paha, memijit lempitan bawah tubuhnya dengan jari tengah sedikit bermain mengusap lembaran dalam kulit kemaluannya, sembari ibu jariku mengusap lembut ujung atasnya, menekan tonjolan dagingnya yang menyebabkan Sisil mengerang terus.

“Eeerrrghhh… mmm… mmm.. sss.. ssss.. pleaseee.. sss… Ahhh… hhh… mmm.. hh…”

Dengan cepat kulepaskan bra nya, kuputar tubuhnya menghadapku, dan setelah membungkuk sebentar meloloskan celana delamnya ke bawah, kulihat mulutnya, seperti di cermin tadi, terbuka melepaskan hawa nafasnya yang segera kusambar dengan mulut dan kuhisap sambil kulumat dalam-dalam.

Sambil merangkul tubuh dan meremas kedua pantatnya, Sisil kudorong mendekati meja dan segera sedikit kuangkat tubuhnya, kududukan di sana serta kubuka pangkal pahanya.

Kutempelkan pusakaku yang masih tersimpan aman di celana. Kugesekkan dan menekan ke depan ke arah miliknya sementara kedua tanganku menekan tubuhnya ke arahku, ku goyang naik turun searah dengan garis lempitan miliknya, “HAHHH… OOOHHH… MAASSS… sss…”

Kisah Liarku Dinas Ke Luar Kota Bagian 1 Sisil

Irama goyanganku yang teratur, hisapan mulutku di mulutnya, lehernya, pangkal lehernya, remasan lembut tanganku di tubuhnya mulai dari depan dada, pusar, pangkal paha, kedua kakinya yang kuangkat pula ke meja hingga semakin luas area gesekan pusakaku yang masih tersimpan aman, malah membuat Sisil ikut bergoyang cepat-cepat dan mendekap kepalaku erat-erat ke lehernya.

Selang beberapa lama kemudian, “HhaaaAAHH… MASSS…. I’M COMIIIINGGGG… SOONNN……”

Segera kedekap erat tubuhnya, kucondongkan ke depan tubuhku mendekap erat dan kutingkatkan kecepatan gerakanku naik turun menggesekkan pusakaku ke miliknya dan kugigit sambil kuhisap lehernya yang indah, “AAAAAAARGGGHHH……”

Badan Sisil bergunjang, dekapannya ke kepalaku tambah erat, kakinya sekarang bergetar dari mata kaki, lutut, dan yang terasa olehku, pangkal pahanya.

Sekian detik kubiarkan Sisil mencapai situasi yang ingin diraihnya dari tadi. Terasa lemas tubuhnya masih merangkulku saat kuajak turun dan kurebahkan perlahan ke dipan. Mulutnya terbuka mengatur nafas, memandangku sayu dengan kelopak matanya, tapi berbinar cahaya di pupilnya menyiratkan kepuasan, “Bagaimana kau bisa melakukannya?” katanya terengah.

Kisah Liarku Dinas Ke Luar Kota Bagian 1 Sisil

Sambil kucium mata, dahi, hidungnya kudesiskan, “That’s just the begininning… Sil…”

Beberapa saat kemudian Sisil bergulir ke samping, menindihku, “It’s my time mas…”

Kubiarkan ia turun mengecup putingku, menghisapnya sesaat kemudian kuangkat dagunya kemudian kutarik ketiaknya mendekatkan wajahnya yang cantik, “Aku ingin memandang wajah cantikmu, kuingin terus menciummu, tanganmu sajalah yang beraksi. Aku tak ingin melupakan paras cantikmu Sil.”

Tersenyum senang ia mengulum bibirku dan menurunkan tangan kanannya mengelus pusakaku yang mulai agak lemas.

Kemudian tangannya dimasukkan ke dalam celana dalamku, menyentuh ujung pusaka yang tumpul itu, menggengamnya dan mengurutkan naik turun perlahan. Melihat wajah jelitanya, dan buah dadanya yang sekarang menggantung karena mulai mengangkat badannya dan membungkuk mencium-ciumku, aku mulai ada tekanan darah yang meningkat seirama dengan tangan kanannya yang sedang beraksi.

Kudorong perlahan bahunya memberiku kesempatan duduk, ia melepaskan pengaman pusakaku, menariknya ke bawah melepaskannya. Kudorong badanku ke belakang, duduk bersandar di dipan dan memperhatikan wajahnya yang jelita sekali lagi, sebelum ia menunduk menciumi putingku, yang kubiarkan turun, ke arah pusakaku yang mulai tinggi tensi nya.

Kisah Liarku Dinas Ke Luar Kota Bagian 1 Sisil

“Hmmm…” gumamku saat bibirnya mulai mengulum naik turun di situ.

Tangan kanannya yang mengurut perlahan naik turun, lalu membuatku seperti tersengat sesuatu saat giginya ikut main di sekeliling kepala pusakaku, sembari lidahnya di dalam mulutnya memainkan ujungnya yang terkulum di mulutnya.

Ya ampun, belum pernah aku merasakan sensasi seperti ini. Ia tidak melakukan hisapan, tapi terus melakukan usapan dengan lidahnya di dalam membuatku terpejam merasakannya. Sudah merasa yang paling tinggi tekanan darah di pusakaku ketika ia menghentikan kegiatannya sambil tersenyum anggun mendekatkan wajahnya ke wajahku.

Tangan kirinya mangambil bantal di sebelahku dan memintaku bersandar ke situ. Kini terasa dudukku agak condong dengan posisi bantal di punggung hingga pangkal panggulku.

Sisil kembali mencumbuku, lalu mengangkat paha kanannya menduduki perutku, tangan kanannya mulai mengelus lagi pusakaku membimbing ke arah tujuan dibarengi mengangkat panggul. Kurasakan ujung pusakaku menyentuh sesuatu yang lembut, yang berbeda dengan milikku yang keras.

Perlahan didorong tubuhnya ke belakang, menyebabkan pusakaku kini terjepit sesuatu yang lembut, lunak dan basah. Kutahu ini saat yang kuinginkan dan kubiarkan Sisil saja yang melakukan tugasnya. Ah, nikmat benar miliknya, menggenggam keras kepala pusakaku, menjepitnya dan perlahan tambah dalam.

Kisah Liarku Dinas Ke Luar Kota Bagian 1 Sisil

Panggul, pinggul, pantanya mulai naik turun perlahan sambil merangkul kepalaku dengan kedua tangannya, mencumbui seluruh wajahku dengan bibirnya. Kuangkat tanganku mulai ikut beraksi. Kuraih kedua bukit putih indah sedikit padat itu, meremas lembut ke arah ujung, di mana saat di ujung kuusap dan kupilin dengan jemariku, kemudian meremasnya lagi dengan lembut dari pangkalnya hingga ke ujung. Nikmat yang kunikmati dirasakan pula oleh Sisil yang mulai cepat mengangkat dan menurunkan tubuhnya disertai nafas yang mulai memburu.

Beberapa saat kemudian, “Hhmm.. Oh….” rintihnya karena kugigit perlahan dan kuhisap lehernya saat ia mulai menyodorkan lehernya ke mulutku. Mungkin ini area yang pas miliknya. Maka kuhisap dalam-dalam. kulepaskan nafasku banyak-banyak hingga dapat menghisap pangkal lehernya dalam-dalam serasa tak berakhir.

“Aaahh…. hhh….. ssss… yess sss yaa.. aahh…”

Semakin cepat ia menggoyangkan badannya di atasku, sambil terus kuhisap dalam-dalam lehernya, kuremas dadanya… “UUhgghh……”

Sisil mendorong tubuhku, menarik tubuhnya ke belakang, kini ia duduk tegak dan melakukan gerakan maju mundur. Semakin cepat gerakan maju mundurnya, hingga kumerasakan tekanan, himpitan di pusakaku yang amat sangat tegang.

“AAAgh… AAAAGHH… YEESSS… COME AGAIN…” teriaknya merintih.

Kisah Liarku Dinas Ke Luar Kota Bagian 1 Sisil

Sambil mempercepat gerakannya, yang kubantu sekarang dengan mendorong paha dan pangkal pahanya maju mundur melumat bawah pusarku, Sisil mendesah, “SOON… ssss… please…. come…”

Kali ini aku aku tidak bersandar, tapi duduk sambil meremas kedua pantatnya, mendorongnya maju mundur, dan kuhisap lagi tubuhnya. Kali ini dada kanannya kuhisap dalam-dalam lagi seperti di lehernya tadi. Terus.. terus… kupercepat gerakanku, kuperdalam dan kuperlama hisapanku.

“YAAAAAARRGGGHHH…. MAAASSSSS SSSSSSSSSS….” desis dan desahnya panjaaang, melepaskan semua nafasnya.

Tangannya yang tadi meremas rambutku, kini malah mendekapkan kepalaku dengan amat sangat erat ke dalam buah dadanya. Perutnya bergetar, panggulnya, kakinya yang membuka dan lututnya bertekuk di samping ikut bergetar kelojotan. Kubiarkan lagi ia bersandar di tubuhku, leherku dikecupnya berulang kali.

Kuremas rambutnya ke belakang, kukecup dan kukulum bibirnya, perlahan aku bergeser. Kucabut pusakaku. Beringsut perlahan mengganti posisi. Kali ini kubiarkan ia telungkup menindih bantal sandaranku tadi, di bagian perutnya. Menghadapinya dari belakang secara perlahan kutindih dan ku usap kepalanya dan kucium lehernya. Kurasakan Sisil sedang mengatur nafas sekarang. Kemudian kuturunkan sedikit tubuhku sehingga terasa pantatnya berhadapan dengan pusakaku.

Hhmm…” gumamnya.

Kisah Liarku Dinas Ke Luar Kota Bagian 1 Sisil

Kugesek-gesekan maju mundur di situ, Sisil diam saja, masih menikmati pencapaiannya tadi. Dengan kedua tanganku kubuka belahan pahanya, kumasukan kepala pusakaku dengan mudah di lubang basah tersebut. Terasa hangat vaginanya berdenyut-denyut.
“Heh!” pekiknya.

Kumainkan dengan sedikit mendongakkan pusakaku, dengan arah maju mundur kumasukan secara serong kiri, kemudian kanan.
“Aaww, masss…”

Kubenamkan sampai habis batangnya. kucabut setengah dan masuk lagi, kali ini kupercepat temponya.
“Aawwww… www aww….” Sisil mengeluarkan suara yang merdu di telingaku.

Kupercepat iramaku, tanganku mulai mengusap punggungnya, dari atas ke bawah. Kutekan dari samping menuju ke pantat, kutekan, kupijit, dan kubuka belahan pantanya. Kulihat lubang lain warna merah muda di atas lubang yang sedang kumasuki pusakaku.

Kukeluarkan air ludahku membasahi jari kananku. Kukulum jari kiriku, saat jari kananku mulai ikut masuk ke lubang tempat pusakaku beraksi. Jari telunjuk dan tengah ikut-ikut melebarkan lubang sementara jari kanan yang lain menggosok pusakaku mengeringkan lendir basah yang terbawa keluar.

Telunjuk kiriku mulai mengusap lubang merah muda kecil itu dengan cairan ludahku yang menempel di jari kiri. Sisil merintih mengerang, mungkin terasa senang. Kuusap jari kiriku pada lubang baru itu, kumasukan perlahan, mili demi mili kumasukan.

Kisah Liarku Dinas Ke Luar Kota Bagian 1 Sisil

Sambil mengoyak lubang bawahnya, aku juga ingin mengoyak lubang atas yang lebih kecil ini. Bentuknya bagus, bersih terawat, ada rambut-rambut halus di sekelilingnya.
“HHH… Hahh… haa..hh…” nafas Sisil terdengar jelas, mendesah nikmat.

Nafasku tetap kuatur dengan sesekali menahannya sedikit di bawah pusar. Jari telunjuk kiri sudah terbenam dua ruasnya. Kutarik dan kusertakan jari tengah kali ini. Sebelum kumasukkan kuperhatikan mulai agak lebar lubang baru ini. Ada bagian dinding dalamnya yang sedikit terlihat keluar.

Perlahan kedua jari kumasukan. Mili demi mili, sedikit demi sedikit. Kuperhatikan Sisil kedua tangannya meremas sperai di sebelah kepalanya, kedua sikunya terangkat. Entahlah, merasakan nikmat atau tidak Sisil sekarang. Yang kudengar nafasnya terengah, mendesah, sesekali menjerit perlahan saat dua jari kiriku kumasukan, sementara dua dua jari kanan ikut masuk bersama pusakaku. Kuselipkan pergelangan tanganku ke bawah pusakaku, sehingga dua jari kananku ikut masuk sembari ibu jari kananku memainkan kelentitnya.

“AAAhhwww… aaa…. hhh…” erangan Sisil kali ini beda, membuatku bersemangat.

Kisah Liarku Dinas Ke Luar Kota Bagian 1 Sisil

Dua jari kiri kini sudah masuk semua hingga ke pangkalnya. Terasa sedikit basah di ujung jari-jariku itu. Kumainkan di dalam, kukoyak dinding-dindingnya, kutarik keluar masuk. Remasan jari Sisil semakin kencang, erangannya semakin kencang, tapi tidak kudengar ia menolak. Sudah, aku ingin menyudahinya, kulepas bebas irama nafasku, kupercepat semua gerakanku.

“AAAAHHHHH… AGAINNN… COME AGAINNN…..” teriaknya liar.
“AARRGHHHH… AAAAHHH, DON’T STOP!!…. AAAARRGHH…”
“Aku juga mau keluar sayaaang…” eranganku mempercepat irama getaran tubuhnya.
“I’M COMMING NOW… AAAAAARRRRGHHHHH….. sssshhh….” jeritnya.

Kulihat kepalanya bergetar ke belakang, tangannya menarik seprai ke arahnya dengan cepat, dan getaran panggul dan pahanya tertarik ke depan, bergoyang lututnya, menegang semua ototnya, yang membantu pula pencapaian puncakku.

Kulepaskan cairan putih itu di dalam lubang yang basah dan hangat, sambil memeluknya dari belakang.

Sudah beberapa saat berlalu kami masih pada posisi yang sama saat pencapaian bersama tadi. Kucabut pusakaku yang sudah tidur lagi itu, kurebahkan badanku di sebelahnya sambil menatap paras jelita Sisil yang terpejam seolah tertidur pulas, terlihat dari nafasnya yang teratur. Kubisikan, “You are so beautifulll….”

Tersenyum ia membuka sedikit matanya, “Terima kasih mas… tangan mas hebat… aku lelah… ingin tidur… Jangan lupa tinggalkan kartu namamu di tasku ya sayang,” bisiknya.

Kisah Liarku Dinas Ke Luar Kota Bagian 1 Sisil

—–

Maghrib aku menutup pintu, masuk ke kamarku, setelah dari lantai atas di kamar Sisil tadi. Mandi air hangat sangat kubutuhkan saat ini, sambil melepas semua pakaianku.

Agen Poker Online – Agen Domino99 Online – Agen Capsa Susun Online – Agen AduQ Online – Agen BandarQ Online – Agen Bandar Poker Online – Agen Sakong Online – Agen Bandar66 Online
Saat berendam, sayup-sayup terdengar pintu kamar diketok orang. Kukecilkan suara air keran untuk mendengar lebih jelas. Ah, sudah Isya’, siapa tamuku malam ini ya?

Judi Poker – Judi Domino99 – Judi Capsa Susun – Judi AduQ – Judi BandarQ – Judi Bandar Poker – Judi Sakong – Judi Bandar66
Kuintip dari lubang pintu, pemuda yang mengangkat tasku tadi terlihat jelas mengacungkan sehelai kertas ke atas. “Room Boy”.

Agen Bandar66 Online | Sakong Online | Capsa Susun | Bandar Poker | Judi Domino99 | BandarQ | AduQ | Poker Texas Indonesia
Kubukakan pintu sedikit.
“Ada undangan…”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar